Suku BatakĀ – Adalah suku yang menempati daerah Tapanuli sisi utara, Sumatera Utara. Wilayah menguasai etnis Batak Toba menyebar meliputi daerah Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Tapanuli tengah.
Disamping itu, mereka menyebar luas di daerah Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kota Pematangsiantar, Kota Sibolga, Kabupaten Asahan, dan Kota Medan. Suku ini jadi mempunyai populasi paling besar antara beberapa suku Batak yang lain.
Sejarah Suku Batak Toba
Pada buku Asal-Usul, Riwayat dan Adat Budaya Batak kreasi Pdt. Dr. Jonar Situmorang, MA, M.Th, beberapa warga Batak yakini jika suku Batak berakar dari Pusuk Buhit di daerah Sianjur Sebelumnya, samping barat Pangururan di pinggir Danau Toba. Nama Sianjur Sebelumnya di ambil dari sebuah permukiman (huta) di Lembah Sagala sebagai mode untuk semua permukiman di sekitaran Toba.
Huta pertama itu namanya Sianjur, di tambahkan predikat “sebelumnya” karena jadi pemula untuk semua huta selanjutnya, selengkapnya di sebutkan dalam riwayat Sianjur Sebelumnya atau Sagala Limbong Mulana, atau Pusuk Buhit. Ke-3 nama itu sama dalam adat, mengarah pada geografi yang di pandang keramat untuk tempat doa dan bukit sakral tempat beberapa roh nenek moyang (Sijolo-jolo Tubu atau Siraja Batak) bersemayam. Saat sebelum dampak kekinian, Dolok Pusuk Buhit ialah pusat religius untuk Toba, jadi pusat upacara ritus penting.
Leluhur orang Batak di kenali sebagai Siraja Batak. Dia di pandang “turun” dari langit oleh Dewa(ta) Batara Guru, begitupun permaisurinya yang dari di antara tujuh Putri Kahyangan. Sesuatu hari, ke-7 Putri Kahyangan mandi di telaga Pusuk Buhit, tempat Siraja Batak kerap bertapa.
Putri Bungsu tidak bisa terbang bersama kakak-kakaknya karena bajunya di culik. Pada akhirnya, si putri berserah dan jadi istri maling pakaiannya.
Selanjutnya mereka mempunyai dua putra, Sang Toga Datu atau Guru Tateabulan, dan Siraja Sumba atau Siraja Isumbaon. Ke-2 putra berikut sebagai nenek moyang orang Batak dan memakai marga ada di belakang namanya. Ke-2 putra ini mempunyai turunan yang membuat suku Batak Toba.
Tradisi Suku Batak Toba
D ikutip dari buku Tujuh Suku Di Sumatra Utara dari penerbit Tapak jejak Penerbit/publisher, Suku Batak Toba mempunyai berbagai ragam adat atau tradisi istiadat, yakni upacara pernikahan, upacara kematian, upacara lahiran anak.
Tradisi Istiadat Upacara Pernikahan
1. Marhusip
Marhusip ialah adat di mana seorang pria melamar seorang wanita menjadi sisi dari keluarganya. Acara marhusip di datangi oleh bagian keluarga paling dekat dan wakil dari beberapa kelompok marga.
Dalam marhusip, segalanya yang terkait dengan gagasan pernikahan diulas, khususnya berkenaan sinamot, faksi yang bertanggungjawab atas rencana acara, tanggal pernikahan, dan lokasi. Perbincangan atau perundingan di antara utusan keluarga calon pengantin wanita dan pria di laksanakan dengan tertutup.
2. Marhata Sinamot
Marhata sinamot ialah rangkaian dialog yang meliputi beragam hal seperti jumlah sinamot yang hendak diberikan oleh faksi pria, tipe hewan yang hendak disembelih, jumlah ulos, jumlah undangan yang hendak di tebarkan, dan lokasi penerapan upacara pernikahan. Mas kawin yang di beri oleh faksi pria umumnya berbentuk uang, banyaknya sudah di putuskan lewat proses perundingan sebelumnya.
3. Martumpol
Martumpol, walaupun kerap di katakan sebagai upacara lamaran, sebetulnya mengarah pada peristiwa di mana ke-2 calon pengantin menghadap pengurus jemaah Gereja untuk berjanji mereka untuk menikah di depan Tuhan.
4. Manjalo Pasu-Pasu Parbagason
Manjalo pasu-pasu parbagason ialah saat ke-2 pengantin terima karena pernikahan di gereja dari pendeta. Sesudah upacara itu, ke-2 keluarga mengadakan adat tradisi Batak yang d idatangi untuk semua undangan dari kedua pihak.
5. Ulaon Tunjukkan (Acara pesta Adat)
Dalam upacara tradisi ini, doa-doa di katakan untuk ke-2 pengantin sekalian memberi ulos. Tipe ulos yang di beri termasuk Ulos Hela untuk pengantin dan Ulos Pansamot untuk orangtua pengantin pria.
Tradisi Istiadat Upacara Kematian
1. Saur Matua
Saur Matua ialah sebuah ritus tradisi yang sudah di lakukan saat seorang yang wafat baik lelaki atau wanita sudah menikahkan semua anaknya dan mempunyai cucu sampai tiga angkatan sesudahnya.
2. Sari Matua
Sari Matua sebuah upacara tradisi yang sudah di lakukan sebagai penghormatan paling akhir ke seorang suami atau istri yang sudah mempunyai cucu dari beberapa anaknya, atau sampai empat angkatan sesudahnya.
3. Mangokal Holi
Mangokal holi ialah tradis penggalian kembali pusara untuk kumpulkan beberapa sisa tulang belulang (holi-holi) selanjutnya di taruh pada sebuah susunan monumen (Simin). Proses Mangokal holi di laksanakan sebagai sisi dari rangkaian upacara tradisi, yang meliputi tingkatan saat sebelum, saat, dan sesudah penggalian dan penghimpunan tulang belulang. Tujuan dari Mangokal holi untuk memperkuat jalinan kekerabatan antara anggota keluarga atau marga.
Tradisi Istiadat Upacara Kehamilan atau Lahiran Anak
1. Mambosuri
Dalam adat Batak, terutama suku Toba, keluarga mengutarakan keceriaan mereka lewat pernyataan sukur, meminta doa supaya pasangan yang menunggu kelahiran anak sulung saat umur kehamilan capai 7 bulan, di kasih kesehatan, rejeki, dan keselamatan. Faksi hulahula yang di sebut mertua lelaki, mempersiapkan dan bawa makanan dan peralatan tradisi ciri khas Batak ke rumah pasangan itu sebagai sisi dari perayaan mambosuri.