Tradisi Suku Sunda ialah suku bangsa yang sebagian besar menempati daerah barat Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jawa Barat dan Banten. Daerah penyebaran warga suku Sunda di daerah barat Pulau Jawa ini sering dikatakan sebagai Tatar Sunda atau Bumi Pasundan. Simak juga: Mengenali Suku Sunda, dari Asal mula sampai Tradisi Walau demikian, populasi suku Sunda tidak terbatas di Pulau Jawa saja, tetapi menyebar di beberapa propinsi di Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah aneh jika sejumlah tradisi suku Sunda dikenal juga luas oleh warga di pelosok nusantara.

5 Tradisi Khas Sunda

1 | Nyaneut

Nyaneut

Nyaneut ialah sebuah tradisi minum teh ciri khas Sunda yang dari daerah Garut dan sudah ada semenjak beberapa ratus tahun untuk menyongsong tahun baru Islam. Istilah nyaneut sendiri adalah akronim dari Nyai Haneut atau Cai Haneut yang maknanya air hangat. Tidak sama jamuan minum teh biasa, penerapan tradisi nyaneut mempunyai keunikan dalam realisasinya.

Pertama, teh akan di hidangkan bersama kudapan berbentuk makanan tradisionil seperti ubi jalar, singkong, dan ganyong yang di rebus. Ke-2 , langkah nikmati teh di laksanakan sejumlah tahapan, yakni putar gelas teh di telapak tangan sekitar 2x, di teruskan mengisap wewangian teh sekitar 3x, baru selanjutnya teh itu bisa di minum. Tradisi ini disebutkan berkaitan dengan rutinitas orang Sunda lebih sukai minum teh di banding air putih, dan daerah Garut sebagai pemroduksi teh berkualitas tinggi.

2 | Sisingaan

tradisi suku sunda - Sisingaan

Tradisi Sisingaan ialah sebuah selingan ciri khas Sunda yang sering ada saat acara khitan atau sunatan. Si anak akan di naikkan ke sebuah tandu yang berwujud boneka singa, dan di bopong oleh 4 orang lelaki dewasa untuk di bawa mengelilingi daerah di tempat. Di kutip dari situs bulupayung, tradisi ini kabarnya bermula dari reaksi warga pada keadaan politik di periode penjajahan bangsa Eropa. Bentuk singa yang di pakai ialah sebuah kritikan untuk lambang negara yang sering di pakai bangsa Eropa, dengan menjadikan sebuah perangkat dalam tradisi yang dapat di naiki dan di mainkan.

3 | Botram

tradisi suka sunda - Botram

Botram ialah istilah Sunda yang mengarah pada tradisi makan bersama alas daun pisang atau alas. Antiknya, dalam tradisi ini lauk pauk yang hendak di cicipi umumnya akan di bawa sama setiap orang yang ikut.

Di kutip dari situs jakarta.tribunenews.com, menu botram umumnya berisi makanan tradisionil seperti nasi liwet, sambel, ikan asin, tempe, tahu, krupuk dan lahapan sebagai sajian wajib, dari sisi lauk pauk tambahan yang lain. Semua makanan yang di bawa akan di atur rapi memanjang dengan alas daun pisang yang di dakan di muka peserta saat sebelum nanti di cicipi bersama. Tradisi makan bersama ciri khas Sunda ini di laksanakan tujuan untuk merajut kebersama-samaan dan mengikat tali persaudaraan.

4 | Seren Taun

Seren Taun

Seren taun ialah sebuah tradisi sebagai bentuk rasa sukur warga Sunda pada hasil panen yang sudah di dapatkan. Di kutip istilah seren taun asal dari kata dengan bahasa Sunda, yakni “seren” yang bermakna memberikan dan “taun” maknanya tahun. Dalam kata lain, seren taun adalah acara serah-terima dari panen tahun kemarin untuk tahun kedepan.

Upacara tradisi yang sudah di lakukan tiap tahun sesudah panen padi ini di adakan dengan teratur, dan umumnya akan di ikuti semua masyarakat dusun. Ini karena seren taun di pandang seperti acara daerah yang semarak, hingga sebagian besar masyarakat akan turut terturut tiap acara ini di adakan. Karena keunikannya, seringkali bakal ada pelancong yang tiba untuk melihat jalannya tradisi ini.

5 | Nyalin

Nyalin

Selainnya seren taun, ada juga tradisi nyalin yang sudah di lakukan warga Sunda di daerah Karawang saat masuk waktu panen. Nyalin adalah tradisi menukar benih dengan ambil bulir padi terbaik sebagai bibit pada musim tanam seterusnya. Nyalin yang sudah di lakukan dengan perseorangan di saksikan sebagai norma budaya saat sebelum memetik.

Pada tradisi ini akan di persiapkan sejumlah sesaji seperti tumpeng, sayur dan buah-buahan, kelapa, tampolong, tebu, bakakak, pusaka, gentong, pusaka, amparan samak, bubur merah dan bubur putih, parukuyan dan arang, api dan kemenyan, dan alas lawon bodas. Tiap sesaji yang memiliki makna sebagai pernyataan akseptasi ke si pembuat akan melengkapi acara saat mantra dan doa yang di panjatkan khusyuk.